Jumat, 09 Desember 2016

Fifth of December (Late Post)


Aaaaaargghhhhhh.....
Fix. Gue sebel.

Kenapa gue sebel? Sinyal.
Sinyal yang datang pergi sesuka hati.
Menyisakan bekas di hati.
Berbekal modem bajakan dengan SimCard bekas.
Aku menyelam ke lautan ilmu tanpa batas.
Suatu ketika kapalku karam diterjang ombak.
Mengharap belas kasih nelayan atau perompak.
Tak ada hujan ataupun badai.
Hati merana daun melambai.
Berbekal ilmu dan juga hati.
Aku melangkah menuju tepi.

Lah kenapa bikin ginian sih.
Fix. Gue makin gila.

Okelah. kalo begitu, cekidot.

Sayembara kelima tulislah tentang orang terdekatmu.
Hmmm, so tricky.
Kalau orang terdekatku secara psikologis. mungkin itu sahabat ya.
Kalau secara denotatif berarti orang yang sekarang berada disekitarku.
First of first.
I have no friend, Real Friend.
Karena tidak ada yang benar mengenalku. Everyone sort of Acquaintance.
Lah? Kok Gitu?
Karena bagiku untuk menjadi teman bukan sebatas tahu nama, tahu rupa, dan tahu bulat digoreng dadakan.
Karena untuk menjadi teman kita harus memiliki lima faktor (versi karangan ane,wkwkw)

1. Siapa dia?
Siapa dalam arti kita harus mengenal namanya, nama ortunya, nama kakak/adiknya. Karena pada tahap tersebut kita sudah mulai mengenal lebih jauh akan seseorang. Bukan sekadar orang yang numpang lewat nanya alamat, terus salaman sambil memperkenalkan diri. "Permisi mas, saya Paijo. Mau nanya kalau ke pasar kembang lewat mana ya?" Tuhkan kita tahu siapa dia, atau, benarkah? Mungkin orang yang memperkenalkan diri tadi tidak menggunakan nama aslinya, atau sebuah kode, atau hanya inisial. Tidak ada yang tahu.

2. Bagaimana dia?
Bagaimana dalam arti kita harus mengenal seperti apa bentuk dan ciri orang yang kita sebut teman. Kalau hanya mengetahui bagaimana rupa seseorang, mungkin orang itu sama seperti jutaan orang lain yang hanya lewat ketika melintas jalan atau mengantre toilet. Kita tahu bagaimana wajah orang-orang tersebut. Tetapi kita juga harus tahu bagaimana sifat mereka, karena sifat akan terdefinisi jika kita sudah lebih dalam memahami orang tersebut. Kita tidak bisa mengatakan orang yang sedang duduk termenung di bawah pohon rindang dengan raut muka yang suram sebagai "Pemurung" jika kita baru pertama kali melihat orang itu. Karena kita hanya melihat orang itu pada saat itu atau kita kerap kali melihat orang itu pada jam yang sama setiap harinya pada tempat yang sama. Jika kita tidak begitu mengenal akan orang itu mungkin kita akan menganggap dia orang yang pemurung.
Namun jika kita menghampirinya, berkenalan dengannya, bercakap tentangnya, mungkin kita akan tahu mengapa dia seperti itu. Alasan ke-pemurung-annya dan setelah kita menghiburnya dia akan menjadi dirinya kembali. Mungkin pemurung itu sedang putus cinta karena ditinggal mati pacarnya, setelah kita hibur dia menjadi orang paling ceria yang pernah kita temui. Tidak ada yang tahu.

3. Mengapa dia?
Mengapa, ya benar, Mengapa. Kadang dalam hidup ini kita butuh alasan untuk melakukan sesuatu. Bahkan untuk sekadar berteman. Lihatlah ke luar. Miliyaran manusia berlalu lalang hidup dalam satu wilayah yang sama, justru beberapa dari mereka saling membenci. Tidak ada alasan untuk saling mengenal satu sama lain atau saling berkomunikasi untuk meredam amarah. Mereka hanya salinng melempar caci dan bertukar benci.Butuh alasan khusus kita untuk mengenal seseorang lebih jauh.
Andaikata, ada seorang pengemis di pinggir jalan dengan pakaian compang-camping dan muka kusam. Maka orang hanya akan sekedar lewat, beberapa memberi sedekah, secuil yang menghampiri mereka untuk bertanya perihal pengemis itu, segelintir yang akan mengajaknya untuk menraktir makan. Namun sedikit yang akan menganggap mereka teman.
Andaikata, ada anak orang kaya yang rupawan. Tengah mengadakan pesta di rumahnya. Ribuan orang datang menghadirinya. Namun pasti hanya segelintir orang yang dia kenal yang datang pada pesta itu. Sisanya hanyalah orang yang ingin dianggap tenar dan menganggap si Kaya ini sebagai teman mereka. Padahal bukan. Mengapa begitu? Tidak ada yang tahu.

4. Berapa lama?
Waktu. Waktu yang akan menjawab semuanya. Pernahkah kita sadari. Orang yang sering kali kita temui berulang-ulang. Lambat laun akan menjadi teman kita. Aku mengalami hal ini. Aku dipaksa untuk menjadi teman mereka. Aturan dalam dunia ini yang menyudutkanku untuk memasukkan mereka ke dalam kategori teman di dalam buku catatanku.
Hal ini berulang setiap hari, setiap menit, dimana saja, Namun kita bisa memilih untuk tidak berteman dengan mereka. Karena kita butuh alasan untuk berteman, dan kadang alasan itu juga yang membuat kita tidak tahu mengapa kita berteman dengan mereka.
Semasa kita kecil, orang tua kita yang saling berteman. Selalu bertemu dipenghujung sore pada taman itu. Kita selalu bertemu setiap harinya. Lalu alam membuka jalan untuk kita, entah bola mainanmu menggelinding ke arahku. Atau mobil-mobilanku berlari ke arahmu. Kita bermain bersama tanpa sepatah kata seiring waktu berjalan. Hingga kita sadari, kita berteman.
Semasa sekolah, kita selalu bertemu selama enam hari, hanya terpisah di hari minggu. Meski bukan sebangku namun selalu bertemu di setiap pencarian dahagaku. Berpapasan tatkala menyusuri lorong waktu. Bertabrakan saat kelokan lika liku. Aku kamu berdua, mengerjakan tugas dari guru. Menjadi satu regu saat ekskul hari rabu. Bersama setiap harinya, hingga janji bertemu di hari minggu. Kita membeli eskrim, atau sekedar menyanyikan lagu. Waktu berulang tak menentu, hingga kita terpisah berpakaian ungu. Tidak ada yang tahu.

5. Secret Ingredients.
Faktor ini yang membuatku bingung. Segala yang tidak kita pahami akan pertemanan ada dalam golongan ini. Mungkin ini takdir? Mungkin ini suratan? Mungkin bahan rahasia ini adalah jodoh. Tidak ada yang tahu.

Ya itulah, beberapa karangan ane untuk menjadi teman. Meskipun dalam praktik nya untuk menjadi teman tidak pernah memiliki syarat. Well, we just did. Seperti itulah kadang aku memulai pertemananku. Kita bertemu, click, now we're friend. Dan,click, now we aren't friend anymore.
As Simple As That.

Jadi, untuk sayembara kali ini, Aku tidak bisa menjawabnya. Karena.
Tidak ada yang tahu.

1 komentar: